Bima Petrus Anugerah Masih Hilang Diculik (Selamat Ulang Tahun Bima Petrus ke-52)

oleh -37 views
oleh

Pada tanggal 24 September 2025 Ikatan Kemanusiaan untuk Korban Penghilangan Paksa Indonesia (IKOHI) bekerjasama dengan Komunitas Utan Kayu (KUK) merayakan ulang tahun ke-52 Bimpet Petrus (Bimpet) dengan pemutaran film dokumenter “Yang Tak Pernah Hilang”. Bimpet adalah korban penculikan aktivis pada tahun1998 yang melibatkan Tim Mawar Kopassus di mana saat itu dipimpin Prabowo Subianto. Acara ini dihadiri oleh para mahasiswa berbagai kampus dan perwakilan organisasi mahasiswa.

“Acara ini adalah bagian dari memorialisasi dan gerakan melawan lupa atas kasus penghilangan paksa terhadap Bima Petrus beserta12 aktivis demokrasi lainnya. Presiden Prabowo dan para korban penghilangan paksa yang mendukung pemerintahanya punya hutang kemanusiaan dan hutang sejarah untuk menyelesaikanya dan mencari mereka yg masih hilang,” ujar Dandik Adhisura, ketua IKOHI.

Bima Petrus: Aktivis Yang Suka Musik

Bima Petrus Anugerah lahir di Malang, 24 September 1973. Biasa dipanggil Bimpet atau Bimpet. Terlahir dari pasangan Dionysius Utomo Rahardjo dan Genoneva Misiati sebagai anak kedua dari empat bersaudara. Keluarganya berasal dari keluarga Katolik yang taat. Ayahnya, Dionysius Utomo Raharjo, adalah seorang PNS dan ibunya, Genoneva Misiatini, adalah seorang guru.

Pada tahun 1993 Bimpet menjadi mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Airlangga Surabaya. Dia lalu bergabung dalam Kelompok Belajar Mentari (KBM) yang rajin mendiskusikan teori progresif dan situasi politik nasional. KBM kemudian bertransformasi menjadi Komite Solidaritas Mahasiswa Universitas Airlangga (KSM-Unair). Dosen-dosen mengakui Bimpet sebagai mahasiswa cerdas dan kritis dalam kuliah. Bahkan beberapa kali menulis opini di koran, bahkan pernah dimuat di harian nasional Kompas.

Tahun 1994, Solidaritas Mahasiswa Indonesia untuk Demokrasi (SMID) dideklarasikan di Jakarta. KSM-Unair dan jaringan kampus di Surabaya melebur menjadi SMID cabang Surabaya di mana Bimpet terpilih sebagai Koordinator Pendidikan dan Propaganda (DPP) yang bertugas mengadakan pendidikan politik dan menerbitkan buletin ‘Jembatan Merah’.

Pada Mei 1996 Bimpet mengorganisasi aksi mogok makan di depan gedung DPRD I Surabaya memperingati tragedi ‘Makassar Berdarah’. Pada Desember 1995 Bimpet ditangkap dalam aksi buruh PT. Sritex di kota Solo. Pada Juli 1996 ia kembali ditangkap dalam aksi buruh di Tandes Surabaya.

Pada pertengahan tahun 1996, Bimpet ditarik ke Jakarta untuk menduduki posisi sebagai Kordinator Departemen Pendidikan dan Propaganda di Pengurus Pusat SMID. Bimpet lalu mendaftar di STF Driyarkara sejak 1997.

Bimpet juga suka bermusik dan bernyanyi. Pada tahun 1995 bersama David Kris Baberock, Wisnu Wardhana dan Christanto Wahyu mendirikan kelompok musik protes sosial yang bernama LONTAR. Lirik-lirik lagu LONTAR menyuarakan ketimpangan sosial, kritik terhadap kekuasaan otoriter orde baru dan seruan perlawanan.

Bima Petrus Hilang

Pasca kerusuhan 27 Juli 1996 dan pelarangan PRD, Bimpet sempat bertemu ibunya di Malang mengabarkan bahwa ia akan ke Jakarta. Itulah pertemuan Terakhir Misiati dengan Bimpet Petrus.

“Bima sebelum ke Jakarta pamit saya dulu. Saya tanya, apa kamu siap di Jakarta? Tahu apa yang mesti dihadapi di Jakarta? Kamu itu tahu enggak siapa yang kamu lawan? Ibaratnya kamu itu membenturkan kepalamu ke tembok baja. Dia menjawab, ya saya sudah tahu, bahkan apa yang mesti saya hadapi. Kalau tidak ada yang berani, siapa lagi? Harus ada! Ya bagaimana, akhirnya saya kasih restu dia ke Jakarta, karena memang segala argumentasi dia itu benar. Saya ingat dia pernah mengatakan, Bu, kalau tidak ada perubahan politik, mungkin besok generasi berikutnya tidak bisa lagi sekolah,” demikian cerita bu Misiati.

Di Jakarta Bimpet menjadi koordinator kurir yang mengatur pertemuan para pengurus PRD. Bimpet lalu terlibat dalam aksi-aksi Mega-Bintang-Rakyat menolak kediktatoran Soeharto jelang Pemilu 1997. Pada Maret 1997, Bima tertangkap bersama Herny Suwalang dan Ilhamsyah karena membawa selebaran Mega-Bintang-Rakyat. Mereka ditahan di Polda Metro Jaya di Jakarta dan dikeluarkan dengan jaminan dari Cak Munir pengacara LBH Jakarta.

Tahun 1997 gelombang krisis ekonomi menghantam Indonesia. Kehidupan rakyat makin sengsara. Mahasiswa mulai turun kejalan menuntut reformasi. Sejak awal 1998 akselerasi aksi mahasiswa semakin membesar. Tim Mawar Kopassus dibentuk untuk melakukan penculikan pada aktivis guna menghentikan aksi-aksi mahasiswa.

Sejak Januari 1998 rejim Brba Soeharto mulai melakukan operasi penculikan pada para aktivis, dengan target utama para aktivis SMID yg mendukung Partai Rakyat Demokratik yg dideklarasikan pada 22 Juli 1996.

Pada bulan Maret 1998 satu persatu para aktivis PRD mulai ditangkap. Herman Hendrawan pertama kali diculik 12 maret 1998 setelah jumpa pers di LBH menolak pidato presiden Soeharto 11 Maret 1998. Menyusul Faisol Riza dan Rahardjo Waluyo Jati diculik sekitar RSCM sepulang dari LBH Jakarta. Lalu pada 28 maret 1998 Andi Arief Ketua SMID ditangkap dilampung dirumah famili.

Bimpet Petrus diduga diculik pada awal April. Menurut kesaksian Sereida Tambunan.

“Pada tanggal 1 April 1998, Bimpet terlihat untuk terakhir kalinya. Ia sempat bertemu dengan Bimpet di sebuah rumah makan di seberang Departemen Kesehatan, Jakarta. Sebelum pergi Bimpet berkata kalau aku tidak bisa di-pager satu jam setelah pertemuan di Grogol, berarti kondisiku dalam bahaya.” ujar Sere sambil terisak menangis.

Hilangnya Bimpet menjadi awal penantian panjang kedua orang tuanya. Padahal pada perayaan Paskah 12 April 1998 Bimpet telah berjanji pada ibunya akan pulang ke Malang. Malam paskah Bu Misiati sudah menyiapkan makanan kesukaan Bimpet di meja makan. Satu keluarga lengkap duduk dimeja makan. Satu kursi dikosongkan untuk Bimpet. Piring dan sendok sudah ditata dimeja makan. Namun sampai subuh, Bimpet yang dinanti tidak pernah hadir, sampai hari ini 27 tahun kemudian.

Sampai hari ini pemerintah belum berupaya menuntaskan kasus penculikan Bimpet Petrus dan 12 aktivis lainnya yang dinyatakan masih hilang. Menurut Direktur Eksekutif Amnesti Internasional Indonesia Usman Hamid, kasus hilangnya Bimpet Petrus dan Herman sebagai luka sejarah yang belum sembuh bagi bangsa Indonesia. Perjuangan harus silanjutkan menuntut agar negara bertanggung jawab dan menuntaskan kasus ini, demi tegaknya keadilan dan agar peristiwa serupa tidak terulang di masa depan.

“Tidak tuntasnya penyelesisan Kasus penculikan aktivis 1997/1998 telah memberi jalan kepada para pelaku yang harus bertanggung jawab untuk menikmati impunitas dan berkarir dalam jabatan publik. Akibatnya demokrasi dan kemanusiaan terus mengalami kemunduran,” tegas Dandik.

Di hari ulang tahun Bimpet Petrus ke 52 ini IKOHI akan terus mencari keadilan untuk semua korban penculikan aktivis 1997-1998 dan korban pelanggaran HAM lainya. Peringatan ulangtahun Bimpet Petrus juga sekaligus untuk melanjutkan #GerakanMelawanLupa atas kejahatan HAM masa lalu.

SELAMAT ULANG TAHUN Bimpet PETRUS ! #KamiIdakLupa.

Jakarta, 24 September 2025

Dandik Adhisura
Ketua IKOHI